Jumat, 21 Desember 2012

Cinta Bukan Untukku part 4

Aku sakit, hampir seharian aku menghabiskan waktuku di dalam kamar. Untuk makanpun Ibuku yang menyuguhkannya. Tapi karena aku malu menunjukan raut mukaku yang kusut dan dengan mata yang sembab, aku berbicarapun sambil menutupi mukaku dengan selimut. Ibu merasa aneh, ibu ingin melihatku dengan berpura-pura memegang dahiku namun aku tolak. Ibu sedikit mengalah dan ketika Ibuku ingin menyuapiku akupun menolaknya lagi .

Karena ibuku merasa aku aneh diapun mulai meninggalkan aku keluar kamar sambil berbicara "makanannya jangan lupa dimakan, obatnya juga dimakan biar cepet sembuh" perkataan ibu yang itu masih aku anggap biasa untuk saat itu tapi ketika aku akan membuka selimut yang menutupi mukaku ternyata ibu masih ingin melanjutkan perkataannya, ibu berbicara lagi "jika kamu patah hati,jangan terlalu dalam menangisinya" disaat itu aku langsung tersentak. Ya..aku memang patah hati, tapi apa aku salah kalu aku menangisinya seperti ini, aku mencintainya namun dia tidak mencintaiku. Ini sangat menyakitkan untukku.

Aku sedikit membuka selimut yang menutupi mukaku, aku tau Ibuku sedikit tersenyum melihat tingkahku yang aneh ini. Tapi aku tidak habis fikir, Ibu juga pasti pernah mengalami hal seperti ini sewaktu masih muda. Tapi kenapa dia tersenyum seperti itu. Ini membuatku bingung.

@thiniharsu

Sekarang hampir sore, bel pintu rumah berbunyi dan tak lama seseorang menghampiri kamarku dan mengetuknya. Aku sejenak berfikir dan langsung melihat ke arah cermin untuk melihat raut mukaku masih dalam keadaan sembab atau tidak. Dan kufikir sudah lumayan tidak terlihat sembab lagi.

Dan seseorang dari luar berteriak kepadaku, "Tina aku boleh masuk enggak", aku berfikir aku mengenali suara itu dan suara itu adalah suara Tha, dan aku mengizinkan Tha untuk masuk kedalam kamar "iya Tha boleh, masuk aja" ketika Tha masuk mataku melongo dan berbicara pada diri sendiri. 'OH MY GOD' kenapa Tha bersama dengan teman-teman semuanya.

Aku tersadar dan aku langsung bertanya kepada Tha, 
Tina : Tha,ada apa ini? ko kalian semua ada disini ?
Tha tersenyum dan bertanya kepada ku 
Tha : kamu sakit apa Tin, ampe ga sekolah gitu?
Aku melongo dan bilang 
Tina : aku ga apa-apa Tha,cuma demam
sambil nyengir kuda aku menjawab pertanyaan Tha dan sedikit melirik Fadli
ya...Fadli ada disitu,dia ada dikamarku bersama dengan Sammy dan juga Nara.
Dan syoknya Fadli langsung bertanya kepada ku
Fadly : kamu kemarin baik-baik saja, kenapa bisa demam begitu
Fadly menatapku dengan asa, akupun menjawab seadanya
Tina : aku juga engga tau Fa
Fadly, seolah kecewa. Aku tau dia menganggapku sebagai teman baiknya namun aku tak jujur kepadanya.

Hari mau gelap,teman-teman semuanya bersiap akan pulang. Dan akupun sudah mulai bisa tersenyum seperti biasanya dihadapan mereka semua. Ya..aku ceria karena mereka, dan bersedih karena salah satu dari mereka juga. Aku tersenyum dari kejauhan melihat mereka meninggalkan rumahku, titik tatapanku tertuju pada Fadly aku tak rela melihat dia pergi saat itu. Karena aku merasa sangat senang karena teman-teman terutama Fadly telah menjengukku.

Tak sabar esok hari aku nanti untuk berjumpa dengan teman-teman semuanya. Aku belajar seperti biasa dan ketika istirahat tiba Thata dan Fadly ke kelasku untuk mengajak makan bersama ke kantin. Akupun ikut mereka berdua untuk makan bersama. Aku masih tak merasa ada yang aneh dan tak lama akupun menyadarinya sesaat Fadly memesan makanan kepada Ibu kantin.

Fadly bertanya kepada Thata mau memesan makanan apa, tapi ada yang aneh dengan perkataan Fadly. Ya...itu menurutku sangat aneh. Fadly menyebut Thata 'sayang' :'( . Aku tersentak dan berfikir, "apakah Fadly sudah bilang kalau dia menyukai Thata?" pada saat Fadly bertanya kepadaku mau memesan apa juga, aku menjawab dengan nada bicara yang akan menangis.

Menyadari aku tak kuat menahan tangis, aku berlari ke toilet dan meneteskan air mata. Aku menagis sebentar dan aku menguatkan hatiku untuk menemui mereka kembali. Aku menghampiri dengan perasaan takut, takut kalu aku akan menangis dan mereka mengetahuinya.

Aku berusaha kuat dan berbicara "maaf tadi kebelet" senyum tipis aku perlihatkan kepada mereka berdua. Dan akupun memesan makanan yang aku inginkan. Ketika makanan kami sudah disuguhkan, sendok yang Thatha pakai jatuh ke lantai, Fadly pun menawarkan diri untuk mengambilkan sendok yang baru untuk Thata, namun Thata menolak, dan dia ingin mengambilnya sendiri dan menyuruh Fadly agar makan duluan.

Thata pergi kebelakang, dan disitu hanya ada aku dan Fadly berdua. Fadly menengok kearahku dia melihat aku dengan seksama dan menyentuh pipiku. Aku kaget dan aku tak dapat bergerak sedikitpun. Fadly pun melontarkan kata-kata "ada sesuatu,seperti air dipipimu". Aku bangun dari lamunanku dan aku spontan menjawab "oh..itu mungkin air yang terciprat ke muka aku waktu tadi", aku tersenyum dihadapannya. Dan menahan tangis kembali, sesungguhnya itu bukan lah air yang terciprat, melainkan sisa air mataku yang belum seluruhnya terusap oleh tanganku.

Dari jauh Thata melihat kami berbicara begitu dekat, membuat Thata mempunyai fikiran dan pendapat sendiri terhadap kejadian yang sedang dilihatnya. Ketika Thata kembali bergabung dengan kami aku pun meneruskan makananku dan menghabiskannya tanpa berbicara apa-apa lagi. Namun Thata bertanya, dia bertanya kenapa tadi Fadly menyentuh pipiku.

Aku terdiam..dan Fadly pun yang sedang makan langsung tersedak
tobe continued